Buah Alkesa – Taksonomi, Morfologi, Sebaran, Kandungan & Manfaat
Nama buah alkesa mungkin agak ajaib di telinga kita. Selain disebut alkesa, di beberapa tempat menyebutnya sebagai sawo mentega, sawo ubi, sawo belanda, alkesah atau kanistel. Dari berbagai penamaannya, disebut juga sawo ubi alasannya adalah daging buahnya berwarna serupa dengan ubi.
Buah ini memiliki nama latin Pouteria campechiana, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut sebagai canistel, egg fruit atau yellow sapote. Buah alkesa berasal dari pohon yang tergolong kelompok flora evergreen, ialah tanaman hijau sepanjang tahun.
Pohon alkesa berasal dari Meksiko bagian selatan, Belize, Guatemala, dan El Savador. Di keempat negara tersebut, buah alkesa juga banyak dibudidayakan. Selain itu, di Indonesia beberapa petani perkebunan juga mulai melirik flora ini sebagai komoditas tanaman perkebunan.
Taksonomi Alkesa
Tanaman yang berkerabat dengan sawo ini secara ilmiah diklasifikasikan selaku berikut:
Kerajaan | Plantae |
Angiospermae | |
Eudikotil | |
Asteridae | |
Ordo | Ericales |
Famili | Sapotaceae |
Genus | Pouteria |
Spesies | P. campechiana |
Morfologi Alkesa / Sawo Mentega
Tumbuhan alkesa tergolong tumbuhan pohon berukuran sedang. Batangnya mampu berkembang hingga ketinggian 30 meter, meskipun kebanyakan pertumbuhannya cuma mencapai 10 meter sampai 20 meter. Batang tanaman alkesa memiliki getah susu atau lateks yang mau keluar jika kulitnya tersayat.
Pohon alkesa memproduksi buah berwarna kuning dan oranye. Diameter buahnya sekitar 7 cm. Buah alkesa dapat disantap pribadi dalam kondisi segar, tanpa perlu dimasak apalagi dulu.
Rasa alkesa bagus dengan sedikit rasa gurih. Teksturnya nyaris serupa dengan rebusan kuning telur matang. Oleh karana hal inilah, dalam bahasa Inggris buah ini juga sering disebut sebagai ‘egg fruit’ atau buah telur.
Daun pohon alkesa berkembang secara majemuk atau berkumpul di ujung ranting. Bentuk daunnya bundar telur dan memanjang. Ukuran panjangnya sekitar 6 cm hingga 25 cm dengan lebar 2,5 cm hingga 8 cm.
Warna daun alkesa hijau dan berkilap. Tangkai daunnya berskala 5 cm sampai 25 cm. Pohon alkesa juga mempunyai bunga yang tumbuh di bawah ketiak daun. Bunganya dapat berkembang secara tunggul ataupun majemuk. Kelopak bunganya berjumlah 5 helai dengan warna putih, serta mengeluarkan aroma harum.
Ukuran dan bentuk buah alkesa sangat bermacam-macam, tergantung dari kultivarnya. Kultivar yang bagus akan menghasilkan ukuran buah yang lebih besar, agak lonjong dengan kulit yang berkilau. Tekstur kulitnya hampir sama mirip paprika kuning. Berat satu buahnya dapat meraih 400 gram.
Daging buahnya agak pucat dan liat. Namun kultivar yang bagus mempunyai tekstur yang lebih seperti cream atau mousse. Rasa dagingnya bagus dan gurih, mengingatkan pada krim telur atau egg custard.
Di dalam daging buah mampu terdapat 1 sampai 6 buah biji berskala besar dan berwarna coklat. Buah alkesa mempunyai aroma harum dan cantik yang samar-samar, tidak terlampau besar lengan berkuasa, contohnya mirip aroma pada buah mangga.
Warna kulit alkesa akan mengalami pergeseran seiring bertambahnya usia. Semakin bau tanah, maka warnanya menjadi kuning renta cerah. Sebelum matang, tekstur buahnya sedikit keras. Semakin tua teksturnya menjadi lebih kembut, lalu akan jatuh sendiri dari pohon ketika telah matang.
Berbeda dengan buah matang pohon yang hendak disantap oleh serangga atau burung. Serangga dan burung justru menghindari buah alkesa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh imbas astringent dari buahnya yang menghasilkan efek asam. Namun bagi manusia, buah ini aman untuk dimakan.
Rasa buah alkesa tidak hanya anggun, namun juga gurih. Tekstur, warna dan rasa gurih ini mirip dengan mentega. Oleh karena itu, di Indonesia sering disebut selaku sawo mentega. Ada juga yang berpendapat bahwa teksturnya seperti ubi rebus atau tape singkong, sehingga di Indonesia sebagian orang menyebutnya sebagai sawo ubi.
Sebaran Pohon Alkesa
Nama binomial atau nama latin buah alkesa ialah Pouteria campechiana. Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kota di Meksiko, ialah Campeche. Di kota inilah salah satu daerah asal tanaman alkesa.
Di negara-negara tempat tumbuhan alkesa dibudidayakan atau dijual, buahnya lebih sering disebut dengan bahasa lokal. Nama yang paling kerap digunakan yakni canistel atau egg fruit, karena warnanya yang kekuningan.
Di Filipina, buah alkesa disebut sebagai chesa, tiessa, atau tiesa. Di Sri Lanka, buah ini disebut sebagai laulu, lavulu, atau lawalu. Sementara di Thailand, penyebutannya berlainan di beberapa tempat. Namun nama yang paling kerap digunakan yakni lamut Khamen atau tho Khamen. Ada juga yang menyebutnya selaku Khmer peach.
Di benua Afrika, buah alkesa cukup jarang ditemukan. Buah ini disebut sebagai zaituni, khususnya dalam bahasa Swahili. Anehnya, penamaan ini sama dengan buah zaitun, sehingga cukup membingungkan.
Pemanfaatan Tanaman Alkesa
Kebanyakan orang mengonsumsi buah alkesa pribadi dikala telah matang. Tapi buah matang tersebut juga mampu diolah menjadi jenis kuliner lain, seperti selai, marmalade, bahan pancake, dan tepung. Seperti pada labu, ada juga yang mengolah alkesa menjadi bubur atau puree.
Ada pula yang mengakibatkan daging buah alkesa selaku minuman dengan mencampurnya dengan susu sehingga menjadi canistel shake. Milkshake dari buah alkesa ini disebut sebagai eggfruit nog.
Karena teksturnya yang juga seperti dengan labu kuning, maka buah alkesa sering dijadikan selaku pengganti labu, contohnya pada pie labu dan puding. Sama juga mirip labu, alkesa bersifat mengenyangkan alasannya adalah kandungan air di dalamnya cuma sedikit. Jika dikonsumsi, serat alkesa akan menyisihkan kotoran pada gigi.
Selain buahnya, bagian lain dari pohon alkesa juga bisa dimanfaatkan, misalnya adalah bab batangnya. Batang pohon alkesa mampu digunakan selaku materi konstruksi bangunan.
Selain di negara-negara asalnya, flora alkesa telah tersebar luas di beberapa negara. Alkesa juga dibudidayakan di India, Costa Rica, Brazil, Amerika Serikat, Republik Dominica, Australia, Kamboja, Vietnam, Indonesia, Sri Lanka, Nigeria, dan Filipina.
Kandungan Alkesa
Buah alkesa mempunyai banyak kandungan bernutrisi yang bagus jika dimakan. Terdapat zat karoten yang bagus untuk mata, serta thiamine, niasin, karbohidrat, vitamin C, vitamin A, fosfor, kalsium, dan lain sebagainya.
Oleh alasannya itu, tidak aneh kalau alkesa sangat manfaat bagi badan. Hal ini pula yang menjadi alasan tumbuhan ini dibudidayakan di banyak negara.
Manfaat Alkesa Untuk Kesehatan
Berkat aneka macam kandungan nutrisi yang ada di dalam buah alkesa, maka buah ini sangat berkhasiat untuk mempertahankan kesehatan, antara lain:
1. Menjaga Kesehatan Tulang
Kandungan kalsium di dalam alkesa mampu memberi faedah yang baik bagi kesehatan tulang, baik untuk pembentukan maupun menjaganya dari kerapuhan tulang. Kandungan mineral lain di dalam buah alkesa juga sangat berfaedah bagi tulang.
2. Menjaga Stamina
Buah alkesa mengandung karbohidrat dan vitamin C yang sangat baik untuk mempertahankan stamina dan daya tahan tubuh.
3. Menjaga Kesehatan Mata
Kandungan karoten dan vitamin A di dalam buah alkesa berfungsi untuk menjaga kesehatan mata. Vitamin A mampu menghalangi risiko penyakit yang berhubungan dengan mata.
4. Melancarkan Sistem Pencernaan
Buah alkesa memiliki kandungan serat yang tinggi. Oleh alasannya adalah itu, buah ini mampu membuat kenyang secara cepat. Serat sungguh memiliki kegunaan bagi kesehatan pencernaan dan juga dapat menangkal kanker usus. Senyawa yang ada di dalam buah ini juga mampu menetralisir racun, basil, hingga virus yang mungkin menginfeksi saluran pencernaan.
5. Mencegah Infeksi
Kandungan alkesa berupa vitamin C dan A menawarkan manfaat dalam pencegahan bengkak. Vitamin C menunjukkan derma terhadap serangan radikal bebas, serta vitamon A mampu menajaga kesehatan mata dan kulit. Keduanya berperan penting untuk menghalangi bisul.
6. Menurunkan Risiko Diabetes
Niasin yang terdapat pada buah ini berperan dalam mengatur kadar gulua darah, sehingga membantu mengubah gula darah menjadi energi.
Comments
Post a Comment