Dugong / Duyung – Taksonomi, Morfologi, Habitat, Populasi, Bahaya & Konservasi


Selama ini ungkapan duyung selalu dikaitkan dengan seorang putri elok berbadan insan namun memiliki ekor ikan. Makhluk mitologi tersebut diketahui dengan nama mermaid atau putri duyung. Akan namun, bantu-membantu duyung merujuk pada salah satu satwa yang hidup di lautan berjulukan dugong.





Dugong atau duyung yakni mamalia yang hidup di perairan tetapi berlawanan dengan ikan, alasannya ia memiliki tata cara pernapasan paru-paru. Saat ini eksistensi duyung sudah sungguh jarang dijumpai karena populasinya yang terus berkurang.






Taksonomi





Dugong ialah salah satu jenis hewan mirip ikan. Istilah yang digunakan untuk menyebut satwa ini pun berlainan-beda di setiap negara. Dalam Bahasa Inggris, duyung diketahui dengan istilah sea cow atau dugong.









Berikut ini adalah taksonomi dan tata cara penjabaran dari dugong, yakni:





KingdomAnimalia
FilumChordata
KelasMammalia
OrdoSirenia
FamiliDugongiadae
GenusDugong
SpesiesDugong dugon




Dugong dugon atau duyung atau dugong adalah mamalia yang hidup perairan laut lepas. Meski hidup di lautan binatang ini bukanlah ikan sejati, melainkan tergolong anggota dari sapi maritim atau ordo Sirenia yang masih mampu bertahan hidup sampai saat ini selain Manatee.





Apabila diperhatikan lebih detail spesies Dugong dugon bukanlah golongan ikan, karena selain berstatus mamalia binatang ini justru memiliki relasi bersahabat dengan gajah. Tidak cuma itu, dalam klasifikasinya duyung merupakan satu-satunya spesies yang berada dalam suku Dugongidae.





Di Malaysia, masyarakatnya mengenal duyung atau dugong dengan istilah Lembu Laut atau Babi Laut. Spesies ini pun menjadi satu-satunya keluarga lembu laut yang dapat hidup di perairan Indo-Pasifik yang mencakup 37 negara, alasannya sebagian besar dugong hidup di perairan Indonesia Timur sampai Australia.





Morfologi dan Perilaku





Sebagai keluarga sapi laut, ukuran tubuh duyung juga sangatlah besar. Panjang badan dugong akil balig cukup akal berkisar antara 2,5 meter sampai 3 meter dengan bobot tubuh 225 sampai 450 kg. Satwa langka ini juga memiliki usia hidup cukup panjang hingga mencapai 70 tahun.





Kulit tubuh duyung berwarna abu-debu kebiruan dengan tekstur licin, keras, dan tebal. Bagian kepalanya berupa bulat dan terdapat mata yang ukurannya berbanding terbalik dengan ukuran badan binatang ini. Mata dugong berukuran kecil dengan kemampuan penglihatan yang tidak begitu baik. Oleh karena itu, acara satwa ini sungguh bergantung pada pemberian indera pendengar.





Duyung memiliki hidung yang berada tepat diatas moncong. Pada moncongnya terdapat bibir, kemudian diatas bibir tersebut terdapat rambut-rambut halus. Rambut ini dimanfaatkan oleh duyung selaku alat bantu untuk mencari makanan menggantikan matanya yang memiliki penglihatan buruk.





Binatang mamalia ini ialah kelompok satwa nokturnal yang mencari makan saat malam hari. Sementara siang harinya dihabiskan dengan berdiam diperairan bawah tanpa melaksanakan kegiatan apapun. Selain itu duyung juga diketahui dengan kebiasaan hidupnya secara berkelompok.





Umumnya dalam satu kelompok duyung terdiri atas lima sampai sepuluh ekor individu. Kemudian didalam satu golongan tersebut setidaknya terdiri atas duyung jantan, duyung betina, dan anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan sifat duyung sebagai binatang yang setia terhadap pasangannya dan menerapkan tata cara monogami.   





Meski begitu tidak jarang didapatkan duyung yang hidup menyendiri. Kehidupan duyung yang hidup berkelompok ketika ini juga telah tidak begitu biasa alasannya populasi satwa ini terus menyusut setiap tahun. Oleh alasannya adalah itu, di alam liar duyung lebih sering dijumpai hidup sendiri dibanding berkelompok.





Habitat dan Sebaran





Habitat hidup dugong adalah tempat pesisir pantai pada perairan dangkal sampai kedalaman sedang sekitar 20 meter dibawah permukaan maritim. Satwa ini menggemari perairan yang agak hangat, yakni pada suhu antara 15 hingga 17 derajat Celcius. Selain itu dugong juga memerlukan lingkungan yang mendukung perilaku hidupnya dengan baik.





Hal tersebut dikarenakan binatang ini kerap melaksanakan migrasi dikala terjadi perubahan curah hujan. Adapun kondisi ekosistem yang paling sesuai untuk duyung ialah ekosistem padang lamun yang berada pada lingkungan beriklim tropis dan sub-tropis. Itulah mengapa spesies ini banyak ditemukan di sepanjang garis pantai Asia hingga Australia.





Selain kawasan perairan Asia dan Australia, duyung juga hidup di daerah maritim Afrika Timur sampai ke Pasifik Barat. Ada lima negara yang menjadi kawasan hidup duyung paling banyak, yakni Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar, Papua Nugini, dan Australia. Sayangnya populasi mamalia laut ini terus mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya.





Negara lain yang juga menjadi habitat dugong, ialah Yaman, Saudi Arabia, Komoro, Djibouti, Mesir, Sudan, Somalia, Jordania, Vanuatu, Mayotte, Tanzania, Mozambiq, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon, Madagaskar, India, China, Jepang, Kamboja, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Vietnam, Indonesia, dan Timor Leste.





Status Kelangkaan





Berdasarkan data yang terdapat dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, mamalia maritim dengan nama Latin Dugong dugon masuk dalam kategori satwa berstatus Vulnerable (VU). Status ini diberikan kepada makhluk hidup yang kondisi populasinya telah rentang di alam bebas.





Status tersebut diberikan untuk duyung semenjak pertama kali terdaftar di IUCN Red List pada tahun 1982. Status Vulnerable atau rentan lalu terus melekat untuk kalangan mamalia yang menyusui anaknya ini hingga terakhir pada tahun 2015 statusnya juga masih tetap berada pada status Vulnerable.





Perkembangbiakan Duyung





Dugong meraih kematangan reproduksi pada usia antara 8 sampai 18 tahun, namun pada umumnya satwa ini sudah memiliki badan remaja pada usia sembilan tahun. Proses perkembangbiakan duyung pun tidak jauh berbeda dengan jenis mamalia maritim lainnya, seperti ikan paus dan Manantee.









Perkembangbiakan dugong dikenal sungguh lambat yang merujuk pada interval dan jumlah bayi yang dilahirkan. Binatang ini hanya bisa hamil dalam kala waktu tiga hingga tujuh tahun satu kali. Itupun dalam sekali hamil jumlah anak yang bisa dilahirkan cuma satu ekor.





Adapun masa kehamilan yang dialami oleh duyung betina adalah kurang lebih selama 14 bulan atau satu tahun lebih. Bayi yang dilahirkan oleh dugong betina lalu mesti menyusu selama satu hingga dua tahun pada induknya. Sepanjang kala itupun anak duyung terus melekat dan berenang disamping induknya dalam banyak sekali situasi.





Makanan Dugong





Duyung atau yang juga biasa disebut dugong ialah satu-satunya mamalia laut yang bersifat herbovira atau pemakan tumbuhan. Secara lebih spesifik, duyung mempunyai sifat maun ialah pemakan daun-daun. Tanaman yang biasa dikonsumsi duyung antara lain akar-akar flora laut, tumbuhan padang lamun, dan juga rumput maritim.





Makanan tersebut menimbulkan habitat hidup duyung berada di perairan dangkal yang terdapat padang lamun atau hutan bakau. Bentuk moncong duyung yang mengarah ke bawah merupakan bentuk penyesuaian dengan lingkungan untuk mempermudah memakan rumput bahari yang tumbuh di dasar perairan dangkal.





Ancaman Terhadap Duyung





Status duyung selaku binatang yang rentan kepada kepunahan disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari faktor lingkungan hidup dan juga aspek yang berhubungan dengan struktur anatomi tubuh mamalia ini.





Secara biasa ancaman tersebut dapat dibagi menjadi bahaya eksternal dan ancaman internal, antara lain:





1. Ancaman Eksternal





Ada aneka macam bahaya eksternal yang mengakibatkan menurunnya populasi duyung di lautan. Faktor utama yang menjadikan ancaman tersebut terjadi yaitu aktivitas insan.





Berikut ini yakni beberapa bahaya eksternal yang besar lengan berkuasa besar kepada kehidupan mamalia yang berkerabat dengan gajah ini, adalah:





  • Hilangnya habitat hidup duyung. Seperti diketahui bahwa dugong hidup di pesisir pantai pada perairan dangkal padang lamun dan hutan bakau. Sayangnya, saat ini manusia mulai mempergunakan kawasan tersebut untuk sektor perikanan, pelayaran, dan sebagai lokasi untuk mendirikan rumah.
  • Maraknya acara memakai perahu atau pemogokan perahu sehingga menimbulkan polusi akuatik yang menghancurkan kondisi air. Padahal duyung sangat membutuhkan air yang bermutu baik untuk mampu bertahan hidup.
  • Terjadi kerusakan pada ekosistem padang lamun dan hutan bakau. Padang lamun tidak hanya menjadi kawasan tinggal duyung, namun juga sumber mendapatkan kuliner. Namun yang terjadi saat ini padang lamun mengalami kerusakan balasan pembuangan limbah, reklamasi pesisir pantai, dan polusi pertanian.
  • Adanya polusi kimia. Aktivitas transportasi bahari juga dapat berimbas jelek pada kelangsungan hidup duyung bila selama proses tersebut ada minyak dan logam berat yang tumpah ke wilayah perairan.
  • Perubahan iklim secara drastis. Ancaman ini tidak sepenuhnya diakibatkan oleh ulah manusia. Terjadinya bencana alam mirip pergantian cuaca yang sungguh ekstrem merupakan salah satu pemicu penurunan populasi duyung.




2. Ancaman Internal





Ancaman internal terhadap populasi duyung dipengaruhi oleh keadaan badan binatang ini. Selain itu, juga disebabkan oleh sifat serakah insan.





Berikut ini yakni beberapa bahaya yang tiba dari sisi internal, yakni:





  • Rendahnya tingkat kelahiran. Interval kehamilan pada duyung berlangsung dalam  waktu yang sungguh usang dan jumlah anaknya pun hanya satu. Hal itu mengakibatkan kesempatan untuk memajukan populasi binatang ini sungguh kecil.
  • Minyak ikan yang dihasilkan dari kulit duyung serta air mata yang bahwasanya cairan pelembab ialah dua hal yang paling dikejar oleh penduduk . Oleh sebab itu meski telah berstatus sebagai hewan dilindungi, pada kenyataannya dugong masih banyak diburu oleh pemburu liar.




Upaya Konservasi





Upaya konservasi kepada duyung sekarang mulai digalakkan oleh para pegiat sosial dan pemerhati lingkungan hidup. World Wildlife Fund (WWF) Indonesia telah melaksanakan beberapa perjuangan untuk menyelamatkan mamalia ini dengan cara sebagai berikut:





  • Meningkatkan kesadaran penduduk nasional wacana kondisi duyung dan menjelaskan wacana peran penting padang lamun kepada keberlangsungan hidupnya.
  • Melaksanakan acara “Rencana Aksi Konservasi” nasional terhadap duyung dan habitat aslinya, adalah padang lamun.
  • Mengelola duyung dan padang lamun dengan tunjangan masyarakat setempat yamg hidup disekitar ekosistem atay habitatnya.

Comments

Popular posts from this blog

Gurita – Taksonomi, Morfologi, Perilaku, Habitat & Reproduksi

Famous Pemandangan Pinggir Pantai 2023

Are Squeaky Floors A Sign Of Termites